Langsung ke konten utama

Nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen robohnya surau kami

Nilai-nilai.yang terkandung dalam cerpen Robohnya Surau Kami


Dalam menganalisis nilai religius dan nilai sosial, terlebih dahulu peneliti menganalisis melalui pendekatan struktural untuk memperoleh hasil dari nilaireligius dan nilai sosial tersebut. Identifikatsi tersebut misalnya bagaimana keadaan peristiwa- peristiwa, plot, penokohan dan tokoh, latar, sudut pandang, dengan demikian, pada dasarnya analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan. Selanjutnya berkaitan dengan pendekatan struktural di atas, menurut Nurgiyantoro (dalam Noviyanti), adapun langkah-langkahdalam menerapkan teori strukturalisme adalah sebagai berikut: 
1) Mengidentifikasikan unsur-unsur instrinsik yang membangun karya sastra secara lengkap dan jelas meliputi tema, tokoh, latar dan alur; 
2) Mengkaji unsur-unsur yang telah diidentifikasi sehingga diketahui bagaimana tema, tokoh, latar, dan alur dari sebuah karya sastra; 
3) Mendeskripsikan fungsi masing- masing unsur sehingga diketahui tema, tokoh, latar, dan alur dari sebuah karya sastra; 4) Menghubungkan masing-masing unsure sehingga diketahui tema, tokoh, latar, dan alur dalam sebuah karya sastra;
 5) Demikian dapat disimpulkan bahwa dalam analisis karya sastra, dalam hal ini cerpen, dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi, mengkaji,mendiskripsikan fungsi kemudian menghubungkan antara unsur intrinsik dan yang bersangkutan.
Telaah cerpen Robohnya Surau Kami´karya A.A. Navis dengan pendekatan struktural sebagai berikut :
Tema
Dalam suatu karya pengarang akan menyampaikan sesuatu kepada pembaca perihal kehidupan. Dalam cerpen Robohnya Surau Kami tema yang disampaikan

terdapat pada batin seorang Kakek yang biasa disebut garin setelah ia mendengarkan bualan dari Ajo Sidi sebagaimana dengan kutipan berikut ini:
“Sedari mudaku aku disini, bukan? Tak ku ingat punya istri, punya anak, punya keluarga seperti orang-orang lain, tahu? Tak kupikirkan hidupku sendiri. Aku tak ingin cari kaya, bikin rumah. Segala kehidupanku, lahir batin, ku serahkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Tak pernah aku menyusahkan orang lain. Lalat seekor enggan aku membunuhnya. Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk. Umpan neraka…. Tak ku pikirkan hari esokku, karena aku yakin Tuhan itu ada dan pengasih penyayang kepada umatNya yang tawakkal. Aku bangun pagi-pagi. Aku bersuci. Aku pukul bedug membangunkan manusia dari tidurnya, supaya bersujud kepada-Nya. Aku bersembahyang setiap waktu. Aku puji-puji dia. Aku baca Kitab-Nya. “Alahamdulillah” kataku bila aku menerima karunia-Nya. “Astaghfirullah” kataku bila aku terkejut. ” Masa Allah bila aku kagum.” Apakah salahnya pekerjaanku itu? Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk.”

Gambaran dari kutipan tersebut ditegaskan kembali dalam kutipan berikut ini: “Tidak, kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan diri mu sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kaum mu sendiri, melupakan kehidupan anak istimu sendiri, sehingga mereka itu kucar kacir selamanya. Inilah kesalahan mu yang terbesar, terlalu egoistis, padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak memperdulikan mereka sedikitpun.”

Alur
Alur merupakan struktur naratif dalam pengisahan suatu cerita. Alur
digunakan untuk menyusun peristiwa-peristiwa yang ada dengan rangkaian sebab akibat. Alur yang dipakai dalam cerpen Robohnya Surau Kami yakni alur maju dan mundur. Tokoh aku sebagai pembawa cerita mengisahkan seorang kakek penjaga surau yang menjadi rangkaian dalam cerpen tersebut.
“Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan menumpang bis.… Dan di ujung jalan itu nanti akan Tuan temui sebuah surau tua…. Dan di pelataran kiri surau itu akan Tuan temui seorang Tua…. Orang- orang memanggilnya kakek… Tapi kakek ini sudah tidak ada lagi sekarang. Ia sudah meninggal…. Dan biang keladi dari kerobohan ini ialah sebuah dongengan yang tak dapat disangkal kebenarannya. Beginilah kisahny. Dan besoknya, ketika Aku mau turun rumah pagi-pagi istriku berkata apa aku tak pergi menjenguk. “Siapa yang meninggal?” Tanyaku kaget.
“Kakek. “Kakek?”

Tokoh/ penokohan
Tokoh dapat dijelaskan sebagai pelaku yang bertindak atau beraksi yang berfungsi sebagai penggerak tema dan persoalan dalam sebuah karya sastra. tokohlah yang berfungsi sebagai pengembang tema dan persoalan yang menjadi pemikiran atau renungan pengarang. Selain manusia, tokoh juga boleh diisi oleh binatang atau apa saja yang dapat menggerakkan suatu cerita. Sedangkan penokohan merupakan sifat-sifat atau keadaan yang digambarkan oleh pengarang melalui tokoh ciptaannya. Penokohan ini boleh bersifat lahiriah seperti melukiskan bentuk badan ataupun batiniah seperti menggambarkan sikap dan emosi.
Tokoh Aku
Tokoh ini begitu berperan dalam cerpen ini. Dari mulutnya “tokoh aku” ini, kita bisa mengetahui bahwa kisah si Kakek yang membunuh dirinya dengan cara menggorok lehernya dengan pisau cukur. Pengarang menggambarkan tokoh ini sebagai orang yang ingin tahu perkara orang lain. Dibuktikan pada kutipan sebagai berikut.
Tiba-tiba aku ingat lagi pada Kakek dan kedatangan Ajo Sidi kepadanya. Apakah Ajo Sidi tidak membuat bualan tentang kakek ? Dan bualan itukah yang mendurjakan kakek ? Aku ingin tahu. Lalu aku tanya pada kakek lagi: “Apa ceritanya, kek ?”
Ingin tahuku dengan cerita Ajo Sidi yang memurungkan Kakek jadi memuncak. Aku tanya lagi kakek : “Bagaimana katanya, kek ?”
“Astaga. Ajo Sidi punya gara-gara,” kataku seraya ceepat-ceepat  meninggalkan istriku yang tercengang-cengang. Aku cari AjoSidi ke rumahnya. Tapi aku berjumpa sama istrinya saja. Lalu aku tanya dia.

Tokoh Kakek
Tokoh ini merupakan tokoh sentral. Tokoh ini digambarkan sebagai orang yang mudah dipengaruhi dan gampang mempercayai omongan orang lain, pendek akal dan pikirannya, serta terlalu mementingkan diri sendiri dan lemah imannya.Penggambaran watak seperti ini karena tokoh kakek mudah termakan cerita/bualan Ajo Sidi. Seandainya si kakek panjang akal dan pikirannya serta kuat imannya tidak mungkin ia mudah termakan omongan Ajo Sidi, sehingga dia bisa membenahi kehidupannya sesuai dengan perintah tuhannya. Tetapi sayang, dia lebih mengambil jalan pintas yaitu memilih untuk bunuh diri.Gambaran untuk tokoh si Kakek yang terlalu mementingkan diri sendiri melalui ucapanya sendiri, dibuktikan pada kutipan seperti berikut:

“ Sedari mudaku aku di sini, bukan ? tak kuingat punya istri, punya anak, punya keluarga seperti orang-orang lain, tahu? Tak terpikirkan hidupku…

Tokoh Ajo Sidi
Tokoh ini sangat istimewa dan sangat berpengaruh. Tokoh ini tidak banyak dimunculkan tetapi sangat menentukan keberlangsungan cerita ini. Secara jelas tokoh ini disebut sebagai si tukang bual. Sebutan ini muncul melalui mulut  tokoh Aku. Menurut si tokoh Aku, Ajo Sidi disebutkan sebagai si tukang bual yang hebat karena Ajo sidi mampu mengikat orang-orang dengan bualanya yang aneh sepanjang hari, siapa pun yang mendengarnya pasti terpikat. Selain itu bualannya selalu mengena. Dibuktikan pada kutipan berikut ini
….Maka aku ingat Ajo Sidi, si pembual itu. Sudah lama aku tak ketemu dia. Dan aku ingin ketemu dia lagi. Aku senang mendengar bualannya. Ajo Sidi bisa mengikat orang-orang dengan bualannya yang aneh-aneh sepanjang hari”.

Tokoh Haji Saleh

Tokoh ini adalah ciptaan Ajo Sidi. Secara jelas terlihat watak tokoh ini digambarkan sebagai orang terlalu mementingkan diri sendiri.

Latar
Landas tumpu menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa yang yang diceritakan.
Latar tempat : latar tempat yang ada dalam cerpen ini adalah: di kota, dekat
pasar, di surau, di akhirat, kolam, dan sebagainya. Dibuktikan pada kutipan:
“Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan menumpang bis, Tuan akan berhenti di dekat pasar. Melangkahlah menyusuri jalan raya arah ke barat. Maka kira-kira sekilometer dari pasar akan sampailah Tan di jalan kampungku. Pada simpang kecil kekanan, simpang yang kelima, membeloklah ke jalan sempit itu. Dan di ujung jalan itu nanti akan tuan temui sebuah surau tua. Di depannya ada kolam ikan, yang airnya mengalir melalui empat buah pancuran mandi.

Latar waktu : latar waktu yang terdapat dalam cerpen ini ada yang bersamaan dengan latar tempat, seperti tergambarkan pada kutipan sebagai berikut.
“Pada suatu waktu,” kata Ajo Sidi memulai, “..di Akhirat Tuhan Allah memeriksa orang-orang yang sudah berpulang ….”

Jika tuan datang sekarang, hanya akan menjumpai gambaran yang mengesankan suatu kebencian yang bakal roboh ………
Sekali hari aku datang pula mengupah kepada kakek “Sedari mudaku aku di sini, bukan ?….”

Gaya bahasa adalah cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuangkan makna dan suasanadapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca. Pada cerpen ini pengarang menggunakan kata-kata yang biasa digunakan dalam bidang keagamaan dalam cerpen ini agama Islam, seperti kata garin, Allah Subhanau Wataala, Alhamdulillah, Astagfirullah, Masya-Allah, Akhirat, Tawakal, dosa dan pahala, Surga, Neraka, Tuhan, beribadat menyembah-Mu, berdoa, menginsyafkan umat-Mu, hamba- Mu, kitab-Mu, Malaikat, dan sebagainya. Majas yang digunakan dalam cerpen ini diantaranya majas alegori, parabola, dan sinisme.

Sudut pandang
Cara atau pandangan yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita. Cerpen Robohnya Surau Kami pengarang memposisikan dirinya dalam cerita ini sebagi tokoh utama sebab secara langsung pengarang terlibat di dalam cerita dan ini terasa pada bagian awal cerita, hal ini tergambarkan pada kutipan berikut ini:
Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke Kota kelahiranku dengan menumpang bis, Tuan akan berhenti di dekat pasar….
Sekali hari Aku datang pula mengupah pada kakek. Biasanya kakek gembira menerimaku, karena aku suka memberinya uang….

Amanat
suatu saran yang berhubungan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis
yang dapat diambil lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Amanat yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar yang terdapat dalam cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis adalah:

Jangan cepat marah kalau ada orang yang mengejek atau menasehati kita karena ada perbuatan kita yang kurang baik di hadapan orang lain. Amanat ini dibuktikan pada kutipan:
“Marah ? Ya, kalau aku masih muda, tetapi aku sudah tua. Orang tua menahan ragam. Sudah lama aku tak marah-marah lagi. Takut aku kalau imanku rusak karenanya, ibadahku rusak karenanya. Sudah begitu lama aku berbuat baik, beribadah bertawakkal kepada Tuhan .…”
Jangan cepat bangga akan perbuatan baik yang kita lakukan karena hal ini bisa saja baik dihadapan manusia tetapi belum tentu baik di hadapan Tuhan itu. Dibuktikan pada:
“Alangkah tercengangnya Haji Saleh, karena di Neraka itu banyak teman- temannya didunia terpanggang hangus, merintih kesakitan. Dan tambah tak mengerti lagi dengan keadaan dirinya, karena semua orang-orang yang dilihatnya di Neraka itu tak kurang ibadahnya dari dia sendiri. Bahkan ada salah seorang yang telah sampai 14 kali ke Mekkah….
Jangan menyia-nyiakan apa yang kamu miliki, dibuktikan pada kutipan:
“…, kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua, sedang harta bendamu kau biarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas, kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan  peluh, tidak membanting tulang. …
Jangan mementingkan diri sendiri, karena hidup perlu bersosialisasi/ menjaga silahturahmi dengan sesamanya. Dibuktikan pada bagian:
”…. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka karena itu kau taat bersembahyang, tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan.

Dalam penelitian ini terdapat dua nilai yang menjadi fokus pada cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis yakni nilai religius dan nilai sosial. Nilai religius diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan menggabungkan nilai sosial yang ada. Adapun nilai-religius dan nilai sosial sebagai berikut:
Nilai Religius Tauhid
Kepercayaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa disebut dengan Tauhid. Tujuan dari adanya menetapkan ke-Esaan Allah dalam zat dan perbuatan-Nya menjadikan segala sesuatu hanya kepada-Nyalah tujuan akhir alam ini.
Iman kepada Allah
“... karena aku yakin Tuhan ada dan pengasih dan penyayang kepada umatnya yang tawakkal. Aku bangun pagi-pagi. Aku bersuci. Aku pukul beduk

membangunkan manusia dari tidurnya, supaya bersujud kepada-Nya. Aku sembahyang setiap waktu. Aku puji-puji Dia. Aku baca Kitab-Nya ‘Alhamdulillah’ kataku bila menerima karunia-Nya. ‘Astagfirullah’ kataku bila aku terkejut. ‘Masya Alllah’, kataku bila aku kagum.”

Dari kutipan dialog di atas merupakan gambaran tentang keimanan seseorang pada Allah. Meyakini dengan sepenuhnya bahwa Allah itu ada. Menjalankan perintah dari-Nya dengan sebaik mungkin. Tokoh tersebut menggambarkan bagaimana berbuat untuk menyatakan kecintaannya kepada Tuhan. Melakukan ibadah-ibadah baik yang wajib ‘sembahyang’ maupun yang sunnah ‘baca kitab’. Implementasi iman kepada Allah juga ia tuangkan dalam kehidupan yakni pada kalimat ‘Alhamdulillah’ kataku bila menerima karunia-Nya. ‘Astagfirullah’ kataku bila aku terkejut. ‘Masya Alllah’, kataku bila aku kagum Dijelaskan bahwa apabila ia mendapatkan nikmat yang diingat yakni sang pemberi nikmat atau sesuatu terjadi pada dirinya ia akan mengingat Allah dengan cara mengucapkan Alhamdulillah, ‘Astagfirullah’, ‘Masya Alllah’.

Nilai Religius Akhlak

Akhlak merupakan suatu sikap atau perilaku yang tertanam dalam batin seseorang sehingga menimbulkan perilaku atau perbuatan yang digambarkan pada watak seseorang. Akhlak dapat bersifat positif maupun negatif yang mana bergantung dari tatanan nilai yang menjadi landasan untuk berbuat.

Akhlak Buruk
“akhirnya sampailah giliran Haji Saleh, sambil tersenyum bangga ia menyembah Tuhan. Lalu Tuhan mengajukan pertanyaan pertama
‘Engkau?’
‘Aku Saleh. Tapi aku sudah ke Mekkah, Haji Saleh namaku. ‘Aku tidak tanya nama. Nama bagiku, tak perlu. Nama hanya buat engkau di dunia.” (Navis, 1986:6)

Dari kutipan dialog tersebut, skap yang dihadirkan dalam nilai religius yakni akhlak yang buruk. Sikap seseorang bernama Haji Saleh tersebut sangat sombong atau melebih-lebihkan dirinya sendiri dan menganggap rendah orang lain. Cerpen Robohnya Surau Kami menggambarkan bahwa sikap seseorang yang sombong tersebut tidak sepatutnya dilakukan karena manusia hanya

sebatas ciptaan Tuhan dan yang menilai akan perbuatan yang ia lakukan adalah Tuhan bukan pada penilaian orang lain. Sosok Haji Saleh yang sedang menunggu waktu dipanggil Tuhan, di akhirat melihat orang-orang yang sudah berpulang. Haji Saleh yang digambarkan sebagai penjaga surau semasa hidupnya ia serahkan sepenuhnya kepada Allah. Namun kalimat tapi karena aku sudah ke Mekkah, Haji Saleh namaku mengandung makna yang menyombongkan diri karena pernah naik haji dan dengan begitu namanya mendapatkan gelar yakni menjadi Haji Saleh.
Dari kutipan tersebut dapat diambil pelajaran yakni apapun yang sudah dilakukan haruslah mengandung keikhlasan dan tidak mengungkit kembali apa yang sudah dilakukan.

Akhlak Baik
“sedari muda aku di sini, bukan? Tak kuingat punya istri, punya anak, punya keluarga seperti orang lain, tahu? Tak kupikirkan hidupku sendiri. Aku tak ingin cari kaya, bikin rumahsegala kehidupanku lahir batin kuserhkan kepada Allah. Tak pernah aku menyusahkan orang lain. Lalat seekor enggan aku membunuhnya’’

Akhlak yang baik yang digambarkan dalam cerpen Robohnya Surau Kami yakni kemandirian seorang tokoh dalam hidupnya yang enggan untuk menyusahkan orang lain. Pada kalimat lalat seekor enggan aku membunuhnya merupakan gambaran bahwa sosok Kakek tidak mau menyakiti siapaun termasuk lalat yang akan mengigitnya. Tidak hanya itu, sosok Kakek juga suka membantu sesama terbukti pada kutipan berikut:

“Ia lebih dikenal sebagai pengasah pisau. Orang-orang suka meminta tolong padanya, sedang ia tak pernah meminta imbalan apa-apa”

Dari kutipan tersebut dapat digambarkan sosok Kakek yang baik tidak mengharapkan apa-apa ketika menolong orang lain, sehingga dapat membuat banyak orang terbantu akan hal yang sudah ia lakukan.

Nilai Sosial yang mencerminkan hubungan antara Manusia dengan Tuhan

Hubungan manusia dengan Tuhan yakni mencakup nilai sosial sepeti bersyukur beriman, berdoa, dan tawakkal. Tokoh kakek yang beriman kepada kebesaran Tuhan dengan cara mengakui adanya Tuhan sebagai implementasi iman akan kebesaran-Nya. Pada tokoh Kakek menjelaskan yamna mana Kakek menyerahkan diri kepada Tuhan, karena Kakek percaya bahwa Tuhan akan mengasihani orang yang sabar dan tawakkal.

Nilai Sosial yang mencerminkan Hubungan antara Manusia dengan Sesama Manusia
Hubungan antara manusia dengan sesama manusia tercerminkan yakni timbulnya sikap saling tolong menolong antar sesama. Dalam cerpen ini yang terbukti dari sikap Kakek sebagai seorang garin ia tidak begitu dikenal namun ia dikenal oleh orang-orang sebagai pengasah pisau. Orang meminta tolong kepadanya, sedang ia tidak meminta imbalan apa-apa. Sikap saling tolong menolong antar sesama memberikan keterikatan antara hubungan manusia satu dengan sesama manusia dalam kehidupan.

Simpulan
Cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis merupakan karya yang menarik dilihat dari unsur-unsur pembangunnya. Berdasarkan hasil analisis melalui pendekatan struktural yakni unsur intrinsik yang ada pada cerpen Robohnya Surau Kami untuk mengetahui nilai religius dan nilai sosial diantaranya 1). Nilai Religius Tauhid mengenai iman kepada Allah 2). Nilai Religius Akhlak ada dua akhlak buruk dan baik, 3). Nilai Sosial yang mencerminkan hubungan Manusia dengan Tuhan 4). Nilai Sosial yang menceminkan hubungan Manusia dengan Sesama Manusia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Esai Wisata

  TAMAN SUNGAI BUJANG  SEBAGAI RUANG HIJAU  DI MUARA BULIAN - JAMBI Semua orang tentunya tidak asing lagi dengan salah satu Provinsi yang terletak di Pulau Sumatra yaitu Provinsi Jambi. Provinsi yang elok nan rupawan dengan keaneragaman budaya, suku dan adat istiadat yang berbeda yang masih terjaga kekentalan budayanya. Provinsi Jambi terletak di sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau, sebelah Timur dengan Selat Berhala, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan sebelah Barat dengan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Bengkulu.terdapat salah satu Kabupaten yang terkenal dengan sebutan sungai batanghari yang merupakan sungai terpanjang di pulau sumatra. kabupaten batanghari merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di provinsi Jambi. Kabupaten Batanghari tersedia destinasi wisata bernuansa alam, seperti yang kita ketahui bahwa tempat wisata merupakan tempat yang menyenangkan untuk menghabiskan liburan, menyegarkan pikiran akan pena...